Diskursus Penetapan Hari Santri Nasional (HSN) : Studi Terhadap Pandangan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama

Respons, Hari Santri Nasional, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah.

Penulis

  • sekha Nuruly Magister Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
  • Imam Muhsin UIN Sunan Kalijaga

Abstrak

Hari Santri Nasional diresmikan oleh pemerintah sebagai penghormatan untuk ulama dan santri tentang pengorbanan dan sumbangsih mereka pada masa lalu. Mengenai penetapannya mendapatkan berbagai macam tanggapan dari organisasi masyarakat, ada yang antusias dan ada yang kurang responsif. Penelitian ini menggunakan metode library research dengan pendekatan sosial politik untuk mengulas literatur yang terkait dengan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, dua organisasi masyarakat besar yang memiliki pandangan berbeda tentang Hari Santri Nasional. Hasil penelitian menunjukkan Nahdlatul Ulama cenderung menyambut baik Hari Santri Nasional dengan menganggap bahwa penyelenggaraan tersebut adalah bentuk penghargaan dan penghormatan atas kontribusi para santri yang ikut serta memajukan bangsa Indonesia. Sementara itu, Muhammadiyah cenderung menentang Penyelenggaraan Hari Santri Nasional dengan mengkhawatirkan bahwa penyelenggaraan itu dapat menimbulkan konflik antara kelompok santri dan non-santri. Penyebab dari perbedaan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah adalah pandangan dasar dari kedua organisasi kemasyarakatan tersebut dan penentuan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dianggap hanya mewakili Nahdlatul Ulama saja.

Diterbitkan

2024-04-27

Cara Mengutip

Nuruly, sekha, & Imam Muhsin. (2024). Diskursus Penetapan Hari Santri Nasional (HSN) : Studi Terhadap Pandangan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama: Respons, Hari Santri Nasional, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah. KARMAWIBANGGA: Historical Studies Journal, 49–60. Diambil dari https://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga/article/view/5786

Terbitan

Bagian

Articles