PERAN PEMERINTAH KABUPATEN SERANG DALAM MENJAGA KEBUDAYAAN DAERAH BAHASA JAWA DIALEK BANTEN

Authors

  • Ahmad Fauzan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
  • Roni Juwandi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
  • Qotrun Nida Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

DOI:

https://doi.org/10.31316/jk.v6i1.2094

Abstract

Abstrak

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mencakup lebih dari 17.000 pulau yang di huni oleh sekitar 255 juta penduduk, sebuah angka yang membuat Indonesia menjadi negara urutan keempat dalam hal negara dengan jumlah populasi yang tersebar di dunia. Angka ini dapat mengimplikasikan bahwa keanekaragaman budaya, etnis, agama maupun linguistik yang dapat di temukan di dalam negara ini. Dengan begitu banyak jumlah kebudayaan di Indonesia di tiap daerah, tidak lupa juga dengan para pelaku/pelestari kebudayaan yang ada di tiap daerah dalam menjaga kebudayaannya di tiap daerah,sebagai upaya manifestasi berharga untuk bagaimana bisa dilanjutkan oleh generasi selanjutnya, contoh kecilnya adalah bahasa, sampai saat ini masih konsisten dalam  bahasa yaitu bahasa Indonesia, sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman kerajaan nenek moyang. Bahasa adalah kebudayaan utuh dan proses sampai menjadi bahasa yang permanen dipakai cukup lama untuk bisa dijadikan bahasa. Karna secara dialek harus bisa menyesuaikan gaya komunikasi dan penamaan suatu benda/kata kerja di suatu kelompok masyarakat. Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di suatu lokalitas didukung oleh masyarakat yang terikat pada aturan adat yang disepakati, telah berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi. Berbeda dengan kesenian modern yang cenderung lebih mudah berubah mengadopsi unsur-unsur luar, kesenian tradisional lebih cenderung lambat mengalami perubahan. Dikarenakan, secara umum kesenian tradisional ini memiliki ciri sebagai berikut: Pertama, ia memiliki jangkauan terbatas pada lingkungan kultur yang menunjangnya. Kedua, ia merupakan pencerminan dari suatu kultur yang berkembang secara perlahan, karena dinamika masyarakat yang menujangnya memang demikian. Ketiga, ia tidak terbagi-bagi pada pengkotakkan spesialisasi. Keempat ia bukan merupakan hasil kretivitas individu individu tapi tercipta secara anonym bersama dengan sifat kolektivitas masyarakat yang menunjangnya.

Kata kunci: Bahasa, Budaya

 Abstract

Indonesia is an archipelagic country that includes more than 17,000 islands inhabited by about 255 million people, a number that makes Indonesia the fourth country in terms of countries with a population spread across the world. This figure can imply that cultural, ethnic, religious and linguistic diversity can be found in this country. With so many cultures in Indonesia in each region, don't forget also the actors / cultural conservationists in each region in maintaining their culture in each region, as a valuable manifestation effort for how it can be continued by the next generation, a small example is language, until Currently, it is still consistent in the language, namely Indonesian, while regional languages are a plural wealth that has been owned by the Indonesian nation since the days of the ancestral kingdom. Language is a complete culture and the process until it becomes a permanent language is used long enough to become a language. Because in dialect one must be able to adjust the communication style and naming an object/verb in a community group. Traditional art that grows and develops in a locality is supported by people who are bound by agreed customary rules, which have been passed down from generation to generation. In contrast to modern art which tends to change more easily by adopting external elements, traditional art tends to be slower to change. Because, in general, this traditional art has the following characteristics: First, it has a limited reach in the cultural environment that supports it. Second, it is reflection of a culture that develops slowly, because the dynamics of the society that supports it are like that. Third, it is not divided into specialization categorization. Fourth, it is not the result of individual creativity but is created anonymously along with the collectivity of the community that supports it.

Keywords: Language, Culture

References

DAFTAR PUSTAKA

Aryono, Suryono. (2002) Judul, Pengertian Kebudayaan Tersedia (Online)

Creswell, 2017. Metode Penelitian Kuantitatf, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Creswell, Jhon W. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dian Lorosae (2019) ; UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MELESTARIKAN BUDAYA RIMPU MPIDA DI KECAMATAN SAPE KABUPATEN BIMA TAHUN 2019 (Study Kasus Di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bima Tahun 2019)

Encep Suherman (2015) dalam jurnal penelitian yang berjudul variasi penggunaan bahasa dan pemertahanan bahasa jawa Serang di cilegon provinsi Banten, sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan garut

Halwany Mihrob, A.Mudjahid Chudari. (1989). Catatan masa lalu banten. Sahabat. Serang. Hal 30-43

Meti Istimurti (2013) dalam jurnal penelitian yang berjudul Pemertahanan Dan Revitalisasi Bahasa Jawa Dialek Banten, SMA Negeri 6 Kota Serang

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya. Bandung.Hal 4-5 dan 330-332

Nurgiansah, T. H. (2020). Filsafat Pendidikan. In Banyumas: CV Pena Persada.

Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila. In Solok: CV Mitra Cendekia Media.

Patilima, Hamid. 2013.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Hal 101- 105.

Sugiyono, 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. . Bandung. Alfabeta. Hal 62-101.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung : Alfabeta, hlm. 397

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Undang – Undang Dasar 1945 dalam pasal 32 tentang Pemajuan Kebudayaan

Undang – Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan Nasional

Undang – Undang No.23 Tahun 2014 tentang wewenang otonom daerah

Downloads

Published

2022-01-02

Issue

Section

Articles