SISTEM TRADISI PERKAWINAN ADAT DAYAK NGAJU DI DESA PAMARUNAN KECAMATAN KAHAYAN TENGAH

Authors

  • Julianti Agung Wati Universitas Palangka Raya
  • Nurul Veronika Saputri Universitas Palangka Raya
  • Sarny Manurung Universitas Palangka Raya
  • Beniqno Chrishagel Universitas Palangka Raya
  • Sakman Sakman Universitas Palangka Raya
  • Dotrimensi Dotrimensi Universitas Palangka Raya

DOI:

https://doi.org/10.31316/jk.v5i2.2290

Abstract

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Sistem Tradisi Perkawinan, Syarat utama prosesi pernikahan dan pantangan-pantangan Perkawinan Adat Dayak Ngaju di Desa Pamrunan. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Prosedur pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem perkawinan Suku Dayak Ngaju bermula dari tradisi lisan yang berakar dari religi Kaharingan yang awalnya disebut dengan Agama Helo (Agama dulu). Dalam perkawinan adat Dayak Ngaju ada  yang disebut Pelek Rujin Pangawin, serta awal mulainya kehidupan berumah tangga termsauk didalamnya adanya Jalan Hadat yang harus dipenuhi oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dan keluarganya. Hak,kewajiban dan tanggung jawab perkawinan termuat dalam Pelek Rujin Pangawin. Dalam prosesi perkawinan adat Dayak Ngaju ada beberapa tahapan yaitu antaranya; (1)Hakumbang Auh, (2)Mamanggul ,(3)Maja Misek, (4)Mananggar Janji atau Mukut Rapin Tuak. Saat akan berlangsungnya prosesi perkawinan adat Dayak melalui tahapan yang disebut Panganten Haguet dan Panganten Mandai. Ketika pengantin pria dan rombongan keluarganya tiba ada beberapa kegiatan yang dilakukan antaranya; (1) mambuka lawang sakepeng,(2) mamapas,(3) haluang hapelek,(4) manyaki panganten.Setelah prosesi perkawinan pun selesai  masih ada beberapa prosesi perkawinan yang harus dilewati kedua mempelai,masyarakat Dayak Ngaju menyebut nya dengan Maruah Pali dan Pakaja Manantu.

Kata Kunci: Makna Simbolis Perkawinan; Adat Budaya; Dayak Ngaju

 

Abstract

`This research was conducted to find out the study of the Ngaju Dayak Traditional Marriage Tradition System in Pamarunan Village and what are the main requirements for the Ngaju Dayak Traditional wedding procession and its taboos. The method used is qualitative. The data collection procedure used observation, and interviews. The results showed that the marriage of the Ngaju Dayak Tribe stems from an oral tradition rooted in the Kaharingan religion which was originally called the Helo Religion (the first religion). In the Ngaju Dayak traditional marriage there is something called the Rujin Pangawin Rim, and the beginning of married life includes the existence of a Hadat Way that must be fulfilled by a man towards a woman and her family. The rights, obligations and responsibilities of marriage are contained in the Pangawin Rujin Rim. In the Ngaju Dayak traditional marriage procession there are several stages, namely; (1) Hakumbang Auh, (2) Mamanggul, (3) Maja Misek, (4) Mananggar Promise or Mukut Rapin Tuak. When the Dayak traditional marriage procession will take place through stages called Panganten Haguet and Panganten Mandai. When the groom and his family entourage arrived there were several activities carried out, including; (1) opening the lawang sakepeng, (2) mamapas, (3) haluang hapelek, (4) manyaki foodten. After the wedding procession is over, there are still several wedding processions that the bride and groom must go through, the Ngaju Dayak people call them Maruah Pali and Pakaja Manantu.

Keywords: The Symbolic Meaning of Marriage; Cultural Customs; Dayak Ngaju

Author Biography

Julianti Agung Wati, Universitas Palangka Raya

Universitas Palangkaraya, Program Studi PPKn

References

DAFTAR PUSTAKA

Ela Novialayu, Offeny,Sakman. 2020. Pelaksaan Perkawinan Menurut Adat Dayak Ngaju Di Kecamatan Timpah Kabupaten Kapuas. Palangka Raya. Jurnal Paris Langkis

Hilman Hadikusuma. 1997. Hukum Perkawinan Adat. Bandung. Alumni

K.Wantjik Saleh,SH. 1982. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta. Ghalia Indonesia

Nurgiansah, T. H. (2020a). Fenomena Prostitusi Online Di Kota Yogyakarta Dalam Persfektif Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Jurnal Kewarganegaraan, 17(1), 27–34. https://doi.org/10.24114/jk.v17i1.14208

Nurgiansah, T. H. (2020b). Filsafat Pendidikan. In Banyumas: CV Pena Persada.

Nurgiansah, T. H. (2021a). Partisipasi Politik Masyarakat Sleman di Masa Pandemi Covid-19 dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Civic Hukum, 6(1), 1–9.

Nurgiansah, T. H. (2021b). Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya Membentuk Karakter Jujur. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 9(1), 33–41.

Nurgiansah, T. H. (2021c). The Role of Citizenship Education in Building Bantul Community Political Participation in The Pandemic Covid 19. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dan Kewirausahaan, 4(1), 1–4.

Tjilik Riwut. 1993. Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan. Yogyakarta. PT Tiara Wacana Yogya

Sriyana, Hiskiya. 2020. Makna Simbolik Perkawinan Adat Dayak Ngaju Di Kota Palangka Raya. Palangka Raya. Institute For Research And Community Services Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.

Tim Penyusun.1998. Ritus dan Peralatan Perkawinan Pada Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Depdikbud Kanwil Bagian Proyek Permuseuman Prov.Kalteng.palangka Raya

Downloads

Published

2021-12-01