Praktik Bergotong-Royong dalam Hidup Bermasyarakat Sebagai Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila

Authors

  • Carolus Borromeus Mulyatno Universitas Sanata Dharma
  • Yosafat Yosafat Universitas Sanata Dharma

DOI:

https://doi.org/10.31316/jk.v6i2.3998

Abstract

Abstract

Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang praktik hidup bergotong-royong di tengah masyarakat. Wawancara dengan empat responden berfokus pada penelusuran data yang meliputi tiga hal penting. Pertama adalah praktik bergotong-royong dalam masyarakat menguatkan ikatan persaudaraan, kekeluargaan dan saling menolong dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat yang multi religius. Kedua, ada peran penting tokoh-tokoh yang menjadi inisiator atau motivator praktik gotong-royong di tengah masyarakat. Ketiga, praktik hidup bergotong-royong merupakan bentuk nyata penghayatan nilai-nilai Pancasila. Dari tiga data utama itu dapat disimpulkan bahwa praktik hidup bergotong-royong tetap lestari dan menyatu dengan tradisi kehidupan masyarakat. Pelestarian tradisi lokal menjadi wahana pelaksanaan hidup bergotong-royong dan sekaligus penghayatan nilai-nilai Pancasila. Para tokoh lokal menjadi penggerak atau motivator praktik bergotong-royong dan pelestarian tradisi masyarakat. Oleh karena itu, praktik hidup bergotong-royong yang terjadi dalam berbagai bentuk tradisi lokal perlu dipublikasikan secara luas sebagai bentuk apresiasi yang menginspirasi kehidupan komunitas, keluarga dan setiap warga Indonesia. Praktik gotong-royong menjadi wujud nyata penghayatan Pancasila untuk melestarikan kesatuan dalam kebhinekaan masyarakat Indonesia.

Kata Kunci: Kekeluargaan, Kerjasama, Nilai-Nilai Pancasila, Persaudaraan, Tradisi Local

 

Abstract

This qualitative research using the interview method aims to get an overview of the community's communal living together (gotong-royong). Interviews with four respondents focused on searching data which included three essential things. The first is the practice of working together in society to strengthen ties of brotherhood and kinship and helping each other in living together in a multi-religious society. Second, there is an essential role for figures who are the initiators or motivators of the practice of gotong royong in the community. Third, the course of communal living together (gotong-royong) is a basic form of appreciation of the values of Pancasila. From the three primary data, it can be concluded that the practice of communal living together (gotong-royong) is sustainable and integrated with the traditions of community life. Preservation of local rules is a vehicle for implementing cooperation and, at the same time, understanding the values of Pancasila. Local leaders become the driving force or motivator for the practice of cooperation and the preservation of community traditions. Therefore, the course of cooperation that occurs in various forms of local rules needs to be widely publicized as a form of appreciation that inspires the life of the community, family, and every citizen of Indonesia. The practice of communal living together or cooperation (gotong-royong) is a natural manifestation of the appreciation of Pancasila to preserve unity in the diversity of Indonesian society.

Keywords: Brotherhood, Kinship, Local Traditions, Cooperation, Pancasila Values.

References

DAFTAR PUSTAKA

Alston,W. P. (2001). "Religious Belief and Values", Faith and Philosophy, XVIII: 36-49.

Armada Riyanto dkk (ed.) (2015). Kearifan Lokal-Pancasila: Butir-butir Filsafat Keindonesiaan. Yogyakarta: Kanisius.

Bung Karno. (1960). Pantjasila Dasar Filsafat Negara. Djakarta: Jajasan Empu Tantular.

Darmadi, Hamid. (2017). Eksistensi Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai Pemersatu Bangsa. Bandung:Alfabeta.

Dewantara, Agustinus W. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Yogyakarta: Kanisius.

Eliharni. (2016). "The Challenge of Religious Education in Indonesia Multiculturalism". Journal of Education and Human Development, 5(4): 1-24.

Endro, Gunardi. (2016). “Tinjauan Filosofis Praktik Gotong Royongâ€. Respon: Jurnal Etika Sosial. 21 (1): 89-112.

Eatough, Virginia & Jonathan A. Smith. (2017). "Interpretative Phenomenological Analysis". Dalam Willig C. and Stainton Rogers W. (ed.) Handbook of Qualitative Psychology 2nd Edition. London: Sage, 193-211.

Smith, J. A., Flower, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological analysis : Theory, methods and research. London: SAGE Publications.

Harjuna, M. (2019). “Dialog Lintas Agama dalam Perspektif Hans Kung". Living Islam, 02 (1): 155-74.

Hijriana. (2020). "Building Indonesian Humanity through Civic Education in High School". Journal La Edusci. 01 (4): 26-30.

Husain HPW., Nazar. (2014). "Interreligious Relation and Violence On Religion in Indonesia Religion Philosophical Perspective". Al-Ulum. 14(2): 311-324.

Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.Yogyakarta: Paradigma.

Kaelan. (2016). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kahija, La Y.F. (2017). Penelitian Fenomenologis: Jalan Memahami Pengalaman Hidup. Yogyakarta: Kanisius.

Kusuma, Jamaludin Hadi and Sulistiyono Susilo. (2020). "Intercultural and Religious Sensitivity among Young Indonesian Interfaith Groups". Religions. 11 (26): 3-22.

Mangunwijaya, Y.B. (2020). Sekolah Merdeka: Pendidikan Pemerdekaan. Jakarta: Penerbit Kompas.

Mulyatno, C.B. (2021). "The Spirituality of Kawruh Begja To Achieving the Reality of Life According to Ki Ageng Suryamentaram". Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal). 4 (4): 8028-8034.

Na'imah, et.al. (2017). "Developing The Model Of Inclusive Religious Education At Indonesia And Thailand Elementary Schools". IORS Journal of Research & Method in Education (IOSR –JRME). 7(5): 1-39.

Nuryanto, Agus M. (2014). "Comparing Religious Education in Indonesia and Japan". Al-JÄmi'ah: Journal of Islamic Studies. 52 (2): 435-458.

Octaviani, Wendy Anugrah. (2018). “Urgensi Memahami dan Mengimplementasikan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari sebagai Sebuah Bangsaâ€. Jurnal Bhineka Tunggal Ika. 5(2): 123-128.

Pedersen, Lane. (2016). "Religious Pluralism in Indonesia". The Asia Pacific Journal of Anthropology. 17(5); 387-398. https://doi.org/10.1080/14442213.2016.1218534.

Riyanto, Agus. (2006). “Pengamalan/Aplikasi Nilai-nilai Pancasila dalam Aspek Pengelolaan Lingkungan Hidupâ€. Yustisia. 6: 1-6.

Rosidin. (2016)." Role of Local Wisdom in Preserving the Religious Harmony of Samin Community in Blimbing Blora". International Journal of Latest Research in Science and Technology. 5 (2): 25-30.

Shofiana, Gabrielia Febrianty. (2014). "Philosophy, Pancasila and Modern Technology". Yuridika. 29 (2): 139-148.

Siswoyo, D. (2013). "Philosophy of education in Indonesia: Theory and thoughts of institutionalized state (PANCASILA)". Asian Social Science, 9(12), 136.

Sugiyono, (2020), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sulianti, Ani. (2018). “Revitalisasi Pendidikan Pancasila dalam Pembentukan Life Skillâ€. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. 6 (2): 111-117.

Widisuseno, Iriyanto. (2014). “Azas Filosofis Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negaraâ€. Humanika. 20(2). 62-66.

Winarno. (2018). Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta: Bumi Aksara.

Downloads

Published

2022-09-08