PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI WAHANA PEMBENTUKAN SIKAP TOLERANSI MAHASISWA

Authors

  • Adikara Prabowo SMA N 1 Kundur

DOI:

https://doi.org/10.31316/jk.v1i1.881

Abstract

Abstrak

Indonesia sebagai bangsa yang memiliki begitu banyak keragaman baik dari segi agama maupun etnis yang dimiliki warga masyarakatnya, berkeyakinan bahwa Bhineka Tunggal Ika merupakan simbol yang mampu mempersatukan bangsa yang memiliki budaya beraneka ragam ini, untuk bekerja sama dalam hidup bernegara dan membangun Indonesia untuk kepentingan bersama. Namun disisi lain, bangsa dan negara kita juga memiliki titik-titik rawan konflik berdasarkan agama, kedaerahan dan gender (sara) yang cukup menghawatirkan. Oleh karena itu, pengetahuan, penilaian, sikap dan perilaku serta pendidikan karakter yang menunjang tercapainya ke Bhineka Tunggal Ika-an dan Pendidikan Multikultural itu perlu dikembangkan sehingga menjadi milik keseluruhan warga republik ini. Untuk itu diperlukan pendidikan yang berorientasi multikultural. Sebenarnya, dalam  praktik pendidikan kita mulai dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak telah banyak dilakukan pendidikan yang menerapkan prinsip multikulturalisme itu. Lebih-lebih disekolah lanjutan atas atau universitas, dalam ilmu-ilmu sosial khususnya antropologi, dipelajari lebih luas dan mendalam berbagai budaya dan pola kehidupan yang merupakan ciri khas budaya daerah. Memang betul bahwa pendidikan multikultural itu belum dimuat secara khusus dalam dokumen pendidikan, misalnya dalam Undang-Undang Sisdiknas. Jangan sampai peserta didik hanya mengenal multikulturalisme deskriptif (ada pengakuan kesetaraan atau kesamaan derajat) tapi tidak sampai kepada multikulturalisme normatif (ada niatan untuk bersatu).

Kata Kunci : Pendidikan Multikultural, Toleransi, Mahasiswa

 

Abstract

Indonesia as a nation that has so much diversity both in terms of religion and ethnicity owned by its citizens, believes that Bhineka Tunggal Ika is a symbol that is able to unite a nation that has a diverse culture, to work together in state life, and build Indonesia for the common good. But on the other hand, our nation and country also have conflict-prone points based on religion, regionality, and gender (Sara) which is quite worrying. Therefore, the knowledge, assessment, attitude and behavior, and character education that supports the achievement of Bhineka Tunggal Ika-an and Multicultural Education need to be developed so that it belongs to the entire citizens of this republic. Therefore, a multicultural-oriented education is required. Actually, in the practice of education, we start from the level of kindergarten education has been done a lot of education that applies the principle of multiculturalism. More and more high school or university, in social sciences especially anthropology, studied more broadly and deeply the various cultures and patterns of life that are characteristic of regional cultures. It is true that multicultural education has not been specifically contained in educational documents, for example in the Sisdiknas Law. Do not let learners only know descriptive multiculturalism (there is recognition of equality or equality of degrees) but not normative multiculturalism (there is an intention to unite).

Keywords: Multicultural Education, Tolerance, Students

References

DAFTAR PUSTAKA

Zaliyudin Baidhowy, (2005) Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Erlangga, DKI Jakarta.

Donna M. Collmeck dan Philip C, (1998) Multicultural Education In A Pluralistik Society.

Published

2017-06-01

Issue

Section

Articles